Tarif AS terhadap China; Bank Indonesia Bicara Dampaknya terhadap Ekspor Indonesia

Tarif AS terhadap China

Jakarta, 14 Februari 2025 – Kebijakan tarif tinggi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat terhadap China masih menjadi isu utama dalam perdagangan global. Keputusan AS untuk memberlakukan tarif pada berbagai produk impor asal China berdampak luas. Tidak hanya bagi kedua negara tersebut, tetapi juga bagi negara-negara lain yang terlibat dalam rantai pasokan global, termasuk Indonesia. BI pun memberikan pandangannya terkait dampak kebijakan ini terhadap ekspor Indonesia. Semakin penting untuk dipahami dalam konteks pemulihan ekonomi global pasca-pandemi.

Bank Indonesia: Dampak Terhadap Ekspor Indonesia dari Tarif AS

Bank Indonesia dalam beberapa kesempatan telah menyampaikan bahwa kebijakan tarif yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap China dapat berdampak langsung pada sektor ekspor Indonesia. Menurut Kepala Ekonom Bank Indonesia, Juda Agung, kebijakan tersebut mempengaruhi jalur perdagangan global. Termasuk mempengaruhi harga barang-barang yang diperdagangkan, serta daya saing produk Indonesia di pasar internasional.

“Dampak dari tarif AS terhadap China berpotensi memengaruhi arus barang yang masuk dan keluar dari kedua negara. Sebagai negara yang terhubung dalam perdagangan global, Indonesia bisa terdampak baik langsung maupun tidak langsung. Terutama dalam hal ekspor barang dan komoditas,” ujarnya dalam pernyataan resmi yang disampaikan di Jakarta, Rabu (14/2).

Ekspor Indonesia ke China dan Pengaruh Tarif AS

China merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia, dengan kontribusi ekspor Indonesia ke China yang signifikan. Terutama untuk produk-produk pertambangan, minyak kelapa sawit, dan produk elektronik. Ketegangan perdagangan antara AS dan China menyebabkan perubahan dalam pola perdagangan. Dengan beberapa negara berusaha mengambil alih pasar yang sebelumnya dikuasai oleh kedua negara besar ini.

“Misalnya, dalam sektor minyak kelapa sawit dan komoditas lainnya. Jika tarif tinggi diterapkan oleh AS terhadap China, dapat terjadi pergeseran pasar di mana negara-negara lain. Termasuk Indonesia, dapat mengambil peluang ini untuk meningkatkan ekspor ke China dan negara-negara lain yang terdampak oleh kebijakan tersebut.” Jelas Juda Agung.

Namun, di sisi lain, tarif yang lebih tinggi juga berpotensi meningkatkan biaya produksi dan harga barang global. Yang dapat menurunkan permintaan terhadap produk Indonesia di beberapa negara. Hal ini dapat memberikan tantangan bagi para eksportir Indonesia. Harus bersaing dengan produk negara lain yang juga menghadapi kebijakan tarif serupa.

Bank Indonesia Antisipasi Dampak Negatif dan Dukung Kebijakan Ekspor

Untuk mengantisipasi dampak negatif yang mungkin timbul dari situasi ini, Bank Indonesia mengimbau pemerintah dan sektor swasta untuk tetap fokus pada penguatan daya saing produk Indonesia, serta diversifikasi pasar ekspor. Indonesia, kata Juda Agung, harus memanfaatkan peluang yang ada dengan memperkuat sektor industri dan meningkatkan kualitas produk yang diekspor.

Dalam hal ini, kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan sektor industri berbasis ekspor sangat penting untuk mengurangi ketergantungan pada pasar tunggal. “Kami berharap pemerintah terus mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia, pengembangan teknologi, serta penerapan sistem logistik yang efisien untuk menjaga daya saing produk Indonesia,” ujar Juda.

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, juga menyampaikan bahwa Indonesia perlu memperkuat posisi tawarnya dalam perdagangan global dengan meningkatkan kerja sama dengan negara-negara ASEAN dan memperluas pasar non-tradisional. “Kita harus bergerak ke pasar yang lebih luas dan tidak hanya bergantung pada satu negara. Kerja sama dengan negara-negara mitra di Asia dan Afrika bisa menjadi langkah strategis,” tambah Perry.

Proyeksi Dampak Jangka Panjang Terhadap Ekonomi Indonesia

Meski tantangan dari kebijakan tarif AS terhadap China cukup signifikan, Bank Indonesia tetap optimistis bahwa Indonesia dapat bertahan dan bahkan memanfaatkan peluang yang ada dalam pasar global. Menurut proyeksi BI, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap berada dalam jalur yang positif, meski ada beberapa tantangan dari luar.

“Untuk jangka panjang, Indonesia diharapkan dapat terus memanfaatkan keunggulan komparatif yang dimilikinya dalam sektor-sektor tertentu, seperti produk pertanian, perikanan, dan komoditas lainnya. Kami yakin dengan kebijakan yang tepat dan kerja sama yang kuat antara pemerintah dan sektor swasta, Indonesia bisa menghadapi dampak dari kebijakan tarif ini dengan baik,” tambah Perry.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *